Pagi
yang cerah…
Aku
menikmati hariku dengan gembira, melakukan aktifitas seperti biasanya. Saat ini
aku duduk di bangku sekolah kelas XI Sekolah Menengah Atas, tepatnya kelas XI
ips 1. Aku tidak terlalu populer disekolah, karena aku termasuk siswa yang
tidak terlalu aktif dibidang ekstrakulikuler sekolah, sehingga membuatku kurang
mendapatkan teman yang cukup populer. Aku hanya beradaptasi dengan teman-teman
sekelasku saja. Karena setiap harinya aku menghabiskan waktu hanya didalam
kelas.
Hari
ini, aku harus datang lebih awal karena tugas untuk piket harus aku selesaikan
pagi ini, kebiasaanku sebelum pergi sekolah adalah lupa untuk pamitan dengan
orang tua jika aku sedang terburu-buru. Ketika pertama aku sampai digerbang
sekolah, rasanya aku harus mampu untuk gembira hari ini. Tentu saja bertemu
dengan teman-teman adalah hal yang paling menyenangkan. Rosnihta adalah teman sebangku,
aku memang telah kenal dengannya sejak kami berada dikelas X, karena kami satu
kelas saat itu. “Ros”, itulah sapaan akrabnya disekolah, ia adalah keponakan
dari guru favoritku yaitu guru mata pelajaran penjaskes, karena beliau juga
merupakan teman sekolah ayahku semasa SGO. Saat aku tiba didalam kelas, aku
bergegas mengambil sapu yang berada dipojok kanan kelas dan tepat disebelah
kaca jendela belakang ruang kelas, ketika tanganku hendak mengapai sapu
tiba-tiba pandanganku mengarah keluar jendela, terlihat sosok yang rupawan dari
luar jendela. Aku tak jemu memandang sosok itu, terlihat cool dan karismatik membuat aku terus menatap keluar dan tidak
ingin mengakhiri moment ini.
Langkahnya yang berwibawa mencerminkan seorang lelaki yang bertangung jawab,
santai namun elegant. Mataku terus
menatap keluar dan memandang parasnya, berharap ia menolehku dan melemparkan
senyum manis kepadaku. Jantungku terus berdetak kencang, lagi dan lagi berdetak
lebih kencang, hingga akhirnya konsentrasiku buyar saat Ros mematahkan
lamunanku ketika memandang sosok itu, “deeeerrrr… ayo, pagi-pagi ngelamun. Ntar
kesambet loh”. Sapaan hangat yang terlontar dari teman sebangkuku sambil
meledek. Aku mencoba menutupi diri dari teman sebangkuku ini, jika aku sedang
melamun. “yey… siapa juga yang lagi ngelamun. Aku itu lagi ngeliatin kambing,
pagi-pagi kok kambingnya udah ajojing sihh”. Pandangan Ros tiba-tiba mengarah
keluar jendela dan mengerutkan dahinya. “kambing… mana…?” sambil mencari-cari Ros
terus memutar pandangannya sambil garuk-garuk kepala. Spontan aku tersenyum dan
berkata “lohh, yang lagi garuk-garuk kepala ni apa !” Ros mengekspresikan
dirinya tidak setuju, “waduh… asem ya kamu, masa cewek cantik gini, disangka kambing.
Kayaknya lebih mirip Manohara deh dari pada kambing. Hahahahahaha...” kami
saling memandang dan tertawa lepas. Begitulah keceriaan yang kami buat setiap
hari, bercanda garing namun berakhir dengan kegembiraan. Sedikit bercanda
dengan Ros sambil menyapu ruang kelas, pikiranku mulai tidak terarah. Aku
kembali pada kejadian tadi pagi yang membuat jiwaku berkelana dalam khayalan
indah, hatiku berbicara sendiri seperti orang yang kehilangan akal sehatnya,
“siapa sosok yang muncul pagi tadi” itulah obrolan singkat yang terbesit dihati
kecilku.
Setelah
menyelesaikan tugas piket, lima menit sebelum bel sekolah berbunyi, aku
menyiapkan diri untuk upacara pagi ini. Semua siswa harus mengenakan atribut
secara rapi dan lengkap, terlihat berseri-seri pagi ini. Karena hatiku terus dibayangi
oleh sosok yang begitu indah. Saat ku langkahkan kaki keluar kelas menuju
lapangan upacara, pandanganku memecah kesemua arah berharap akan bertemu sosok
yang sama dipagi ini. Namun sayangnya sosok itu tidak muncul diujung pandangan
mataku, mungkin karena terlalu banyaknya wajah yang beragam membuat pandanganku
terlihat konyol dan terlihat samar-samar untuk mengingat sosok yang sama persis
dengan yang ku lihat pagi tadi.
Upacara
telah selesai, semua siswa kembali kekelas masing-masing. Aku dan semua siswa
yang bersekolah disini mulai dengan kesibukan aktifitas yang telah terprogram
dikurikulum sekolah. Tanpa terasa bel berbunyi waktu tanda pulang. Para siswa
sibuk membereskan buku mereka dan beranjak untuk pulang. Begitulah keseharianku
disekolah sama seperti yang lain. Aku masih terus berharap mungkin saja pulang
sekolah ini aku bertemu dengan sosok itu, tapi tidak juga aku temui, aku pulang
masih dengan harapan yang kosong karena tidak berhasil bertemu sosok itu untuk
yang kedua kalinya. Rasanya seperti kehilangan separuh semangat hidup. Namun
semua terbayar dengan canda tawa teman-temanku yang selalu memberi kecerian
dimanapun, termasuk siang ini. Dengan suasan yang cukup esotik panas, berubah
menjadi sejuk dibuatnya. Kami selalu menciptakan kebersamaan yang hebat jika
sudah pulang sekolah sambil melangkahkan kaki kami tak gentar menebar tawa.
Begitulah keseharian yang kami cipatakan dan kami rasakan bersama.
bersambung ke... Part II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar