Jumat, 06 September 2013

Cinta Kedua





Part 1

Pagi yang cerah…
Aku menikmati hariku dengan gembira, melakukan aktifitas seperti biasanya. Saat ini aku duduk di bangku sekolah kelas XI Sekolah Menengah Atas, tepatnya kelas XI ips 1. Aku tidak terlalu populer disekolah, karena aku termasuk siswa yang tidak terlalu aktif dibidang ekstrakulikuler sekolah, sehingga membuatku kurang mendapatkan teman yang cukup populer. Aku hanya beradaptasi dengan teman-teman sekelasku saja. Karena setiap harinya aku menghabiskan waktu hanya didalam kelas.
Hari ini, aku harus datang lebih awal karena tugas untuk piket harus aku selesaikan pagi ini, kebiasaanku sebelum pergi sekolah adalah lupa untuk pamitan dengan orang tua jika aku sedang terburu-buru. Ketika pertama aku sampai digerbang sekolah, rasanya aku harus mampu untuk gembira hari ini. Tentu saja bertemu dengan teman-teman adalah hal yang paling menyenangkan. Rosnihta adalah teman sebangku, aku memang telah kenal dengannya sejak kami berada dikelas X, karena kami satu kelas saat itu. “Ros”, itulah sapaan akrabnya disekolah, ia adalah keponakan dari guru favoritku yaitu guru mata pelajaran penjaskes, karena beliau juga merupakan teman sekolah ayahku semasa SGO. Saat aku tiba didalam kelas, aku bergegas mengambil sapu yang berada dipojok kanan kelas dan tepat disebelah kaca jendela belakang ruang kelas, ketika tanganku hendak mengapai sapu tiba-tiba pandanganku mengarah keluar jendela, terlihat sosok yang rupawan dari luar jendela. Aku tak jemu memandang sosok itu, terlihat cool dan karismatik membuat aku terus menatap keluar dan tidak ingin mengakhiri moment ini. Langkahnya yang berwibawa mencerminkan seorang lelaki yang bertangung jawab, santai namun elegant. Mataku terus menatap keluar dan memandang parasnya, berharap ia menolehku dan melemparkan senyum manis kepadaku. Jantungku terus berdetak kencang, lagi dan lagi berdetak lebih kencang, hingga akhirnya konsentrasiku buyar saat Ros mematahkan lamunanku ketika memandang sosok itu, “deeeerrrr… ayo, pagi-pagi ngelamun. Ntar kesambet loh”. Sapaan hangat yang terlontar dari teman sebangkuku sambil meledek. Aku mencoba menutupi diri dari teman sebangkuku ini, jika aku sedang melamun. “yey… siapa juga yang lagi ngelamun. Aku itu lagi ngeliatin kambing, pagi-pagi kok kambingnya udah ajojing sihh”. Pandangan Ros tiba-tiba mengarah keluar jendela dan mengerutkan dahinya. “kambing… mana…?” sambil mencari-cari Ros terus memutar pandangannya sambil garuk-garuk kepala. Spontan aku tersenyum dan berkata “lohh, yang lagi garuk-garuk kepala ni apa !” Ros mengekspresikan dirinya tidak setuju, “waduh… asem ya kamu, masa cewek cantik gini, disangka kambing. Kayaknya lebih mirip Manohara deh dari pada kambing. Hahahahahaha...” kami saling memandang dan tertawa lepas. Begitulah keceriaan yang kami buat setiap hari, bercanda garing namun berakhir dengan kegembiraan. Sedikit bercanda dengan Ros sambil menyapu ruang kelas, pikiranku mulai tidak terarah. Aku kembali pada kejadian tadi pagi yang membuat jiwaku berkelana dalam khayalan indah, hatiku berbicara sendiri seperti orang yang kehilangan akal sehatnya, “siapa sosok yang muncul pagi tadi” itulah obrolan singkat yang terbesit dihati kecilku.
Setelah menyelesaikan tugas piket, lima menit sebelum bel sekolah berbunyi, aku menyiapkan diri untuk upacara pagi ini. Semua siswa harus mengenakan atribut secara rapi dan lengkap, terlihat berseri-seri pagi ini. Karena hatiku terus dibayangi oleh sosok yang begitu indah. Saat ku langkahkan kaki keluar kelas menuju lapangan upacara, pandanganku memecah kesemua arah berharap akan bertemu sosok yang sama dipagi ini. Namun sayangnya sosok itu tidak muncul diujung pandangan mataku, mungkin karena terlalu banyaknya wajah yang beragam membuat pandanganku terlihat konyol dan terlihat samar-samar untuk mengingat sosok yang sama persis dengan yang ku lihat pagi tadi.
Upacara telah selesai, semua siswa kembali kekelas masing-masing. Aku dan semua siswa yang bersekolah disini mulai dengan kesibukan aktifitas yang telah terprogram dikurikulum sekolah. Tanpa terasa bel berbunyi waktu tanda pulang. Para siswa sibuk membereskan buku mereka dan beranjak untuk pulang. Begitulah keseharianku disekolah sama seperti yang lain. Aku masih terus berharap mungkin saja pulang sekolah ini aku bertemu dengan sosok itu, tapi tidak juga aku temui, aku pulang masih dengan harapan yang kosong karena tidak berhasil bertemu sosok itu untuk yang kedua kalinya. Rasanya seperti kehilangan separuh semangat hidup. Namun semua terbayar dengan canda tawa teman-temanku yang selalu memberi kecerian dimanapun, termasuk siang ini. Dengan suasan yang cukup esotik panas, berubah menjadi sejuk dibuatnya. Kami selalu menciptakan kebersamaan yang hebat jika sudah pulang sekolah sambil melangkahkan kaki kami tak gentar menebar tawa. Begitulah keseharian yang kami cipatakan dan kami rasakan bersama.

bersambung ke... Part II

Tidak ada komentar: