Jumat, 06 September 2013

Cinta Kedua




Part II

Selamat pagi dunia… itulah yang aku ingat jika sudah bangun pagi. Selama aku masih duduk dibangku sekolah aku harus secara rutin bangun dan mandi pagi. Semangat pagi itu yang utama, jika kita semangat pasti semua akan terlihat lebih menyenangkan seperti pagi ini. Aku sangat semangat, lebih semangat dari hari sebelumnya. Karena semangat yang aku miliki saat ini adalah semangat yang berbeda, yaitu semangat yang berbunga-bunga. Aku sengaja untuk datang lebih awal pagi ini, seperti hari kemarin karena aku tahu pasti sosok itu akan muncul lagi ditempat yang sama. Disaat aku sampai gerbang aku mencoba mengingat kembali seperti apa kejadian yang telah aku alami kemarin. Aku masuk kelas dan langsung berdiri disebelah pojok kanan dan mengarahkan pandanganku keluar jendela. Aku terus memandang keluar jendela, masih terus dan terus memandang. Sampai aku bosan untuk tetap menunggu mungkin saja sosok itu akan muncul lagi pagi ini, tapi hal yang paling perih adalah aku harus menerima bahwa sosok itu hanya untuk kemarin. Mungkin kemarin adalah hari keberuntunganku dan aku mendapat bonus di hari itu, dan hari ini aku tidak beruntung jadi tidak dapat bonus deh. Meski dalam keadaan yang tidak menyenangkan aku masih mampu menghibur diriku sendiri.
Semakin aku berharap untuk bertemu dengan sosok misterius itu, semakin tak juga aku temui sosok itu. Sehingga aku harus membuang jauh keinginan bodoh ini secara perlahan dan berhenti untuk berharap dan berkhayal. Hari demi hari aku lewati tanpa harus ada lagi pemikiran tentang sosok yang tidak jelas itu, aku melakoni apa yang aku kerjakan seperti semula tanpa harus datang pagi dan berdiri sendirian di pojok kanan kelas dan memecahkan arah pandangan didepan jendela kelas sambil menunggu dengan bosannya dan mengarahkan mata ini pada jalan yang terletak disamping gedung sekolah.
Seminggu sudah hari yang telah aku lewati tanpa harus tahu apakah aku akan bertemu lagi dengan sosok misterius itu atau tidak. Semua aku jalani dengan tetap optimis dan berjiwa tegar. Aku selalu berfikir bahwa kemarin adalah kemarin, dan hari ini adalah hari ini, tentu saja berbeda dengan hari kemarin, cukup bijak jika harus disetarakan dengan jiwa sosial seseorang yang tersohor dinegeri ini. Ehm… cukup rumit rasa ini untuk dilukiskan, namun beginilah adanya, tanpa harus merugikan orang yang ada disekitar kita tidak ada salahnya jika yang aku alami saat ini adalah cinta sementara.
Selama satu minggu ini aku terlihat bosan dengan suasana yang monoton seperti ini, aku selalu menghabiskan waktu dan kesempatan didalam kelas. Rasanya ingin mencari suasana baru, namun tidak ada ide atau hal menarik yang akan aku kerjakan yang membuat suasana hari dan hatiku saat ini.
Hari ini pelajaran yang sangat membosankan, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut ku tidak ada manfaatnya mempelajari bahasa yang setiap harinya kita gunakan. Tidak perlu belajar kita sudah mengunakan bahasa itu dan mempraktekkannya secara langsungkan. Yang membuat kebosananku bertambah adalah metode yang digunakan oleh Guru Bahasa Indonesia setiap pertemuan dengan siswa pasti hal utama yang harus dikerjakan adalah mengisi LKS sampai habis materi. Haduhh… sangat menguras otak dan tenaga, dengan muka yang sedikit killer tiba-tiba Guru yang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia langsung memberi tugas yang harus dikerjakan dilokal perpustakaan. Semua siswa terlihat pasrah karena terpaksa, lagi-lagi diberikan materi yang harus berhubungan dengan metode yang selalu sama.
Semua teman-temanku beranjak dari kursi mereka dan menuju perpustakaan,  meski terlihat sedikit kesal mereka tetap menebar keceriaan satu sama lain, seperti aku dan yang lain saat ini. Kami melewati setiap pintu ruang kelas dari kelas X.1 sampai kekelas XII ips 3 karena perpustakaan yang menjadi tujuan kami berada diujung gedung. Aku yang sibuk bercanda sepanjang perjalanan sambil melewati pintu-pintu  kelas, tanpa sengaja pandanganku mengarah kesudut ruang kelas X.3 tepat di pojok kanan kelas bagian belakang bangku siswa, aku melihat lagi sosok misterius itu. ya… sosok yang selama ini aku tunggu dan aku nanti lebih dari satu minggu lamanya, dan ternyata sosok rupawan itu adalah adik kelas ku. Aku menghentikan sejenak langkah ku, mencoba memastikan apakah benar dia yang aku lihat dipagi itu. Dengan lebih teliti aku menepi di luar sudut paling belakang kelas, dan lagi-lagi terus mengarahkan pandangan yang begitu tajam kearah paras pria itu. dan aku bicara sendiri kepada hati nuraniku “tidak…tidak salah lagi, memang dia sosok yang aku lihat pagi itu, dan ternyata dia adik kelas ku”. Terus kupandangi parasnya sampai betul-betul jelas dan yakin bahwa memang dia orangnya, tentu saja itu karena aku tidak mau salah orang, sehingga aku harus merasakan lagi apa itu sebuah kekecewaan. Tiba-tiba Ros memangil namaku “Resta… ngapain kamu disitu, buruan kesini??, (sambil melambaikan tangannya)” membuat fikiranku buyar dan pandanganku tak tearah karena terlalu lama aku berdiri diluar ruangan kelas ini hanya untuk melihat dan memastikan sosok pria itu, membuat aku harus tertinggal jauh dengan teman-temanku yang lain menuju ruang perpustakaan. Segera ku tinggalkan pandangan mataku dari parasnya perlahan namun pasti, dan mempercepat langkahku untuk mengejar teman-temanku lainnya kemudian kembali bergabung bersama mereka. Ros yang sekejap merangkul pundakku berbisik padaku “ngeliatin apaan siihh, seru banget”. Aku yang sedikit tersipu malu sambil tersenyum menjawab enteng pertanyaan Ros barusan “(dengan nada jutek, aku menjawab) ada dehhh,,, mau tau aja”. Ros yang tidak suka jika harus bermain tebak-tebakan kurang puas dengan jawaban yang aku berikan, “(sambil menampar pipi Resta dengan manja) Ros menjawab, huuh dasar tukang ngintip”. Resta tidak mau kalah dan mencubit pipi Ros dengan penuh sayang dan berkata “yeey.. siapa yang ngintip, aku itu Cuma ngeliat”. Masih dengan raut muka yang sedikit sebel Ros menyangkal jawaban Resta “sama aja neng… ‘ngintip’ sebelas, dua belas ama ‘ngeliat’ kalee..” mereka saling berdebat konyol yang penuh dengan kecerian, terus bercanda seperti itu sambil melangkah menuju ruang perpustakaan.

bersambung ke...  Part III

Tidak ada komentar: