Selamat
pagi dunia… itulah yang aku ingat jika sudah bangun pagi. Selama aku masih
duduk dibangku sekolah aku harus secara rutin bangun dan mandi pagi. Semangat
pagi itu yang utama, jika kita semangat pasti semua akan terlihat lebih
menyenangkan seperti pagi ini. Aku sangat semangat, lebih semangat dari hari
sebelumnya. Karena semangat yang aku miliki saat ini adalah semangat yang
berbeda, yaitu semangat yang berbunga-bunga. Aku sengaja untuk datang lebih
awal pagi ini, seperti hari kemarin karena aku tahu pasti sosok itu akan muncul
lagi ditempat yang sama. Disaat aku sampai gerbang aku mencoba mengingat
kembali seperti apa kejadian yang telah aku alami kemarin. Aku masuk kelas dan
langsung berdiri disebelah pojok kanan dan mengarahkan pandanganku keluar
jendela. Aku terus memandang keluar jendela, masih terus dan terus memandang.
Sampai aku bosan untuk tetap menunggu mungkin saja sosok itu akan muncul lagi
pagi ini, tapi hal yang paling perih adalah aku harus menerima bahwa sosok itu
hanya untuk kemarin. Mungkin kemarin adalah hari keberuntunganku dan aku
mendapat bonus di hari itu, dan hari ini aku tidak beruntung jadi tidak dapat
bonus deh. Meski dalam keadaan yang tidak menyenangkan aku masih mampu
menghibur diriku sendiri.
Semakin
aku berharap untuk bertemu dengan sosok misterius itu, semakin tak juga aku
temui sosok itu. Sehingga aku harus membuang jauh keinginan bodoh ini secara
perlahan dan berhenti untuk berharap dan berkhayal. Hari demi hari aku lewati
tanpa harus ada lagi pemikiran tentang sosok yang tidak jelas itu, aku melakoni
apa yang aku kerjakan seperti semula tanpa harus datang pagi dan berdiri
sendirian di pojok kanan kelas dan memecahkan arah pandangan didepan jendela
kelas sambil menunggu dengan bosannya dan mengarahkan mata ini pada jalan yang
terletak disamping gedung sekolah.
Seminggu
sudah hari yang telah aku lewati tanpa harus tahu apakah aku akan bertemu lagi
dengan sosok misterius itu atau tidak. Semua aku jalani dengan tetap optimis
dan berjiwa tegar. Aku selalu berfikir bahwa kemarin adalah kemarin, dan hari
ini adalah hari ini, tentu saja berbeda dengan hari kemarin, cukup bijak jika
harus disetarakan dengan jiwa sosial seseorang yang tersohor dinegeri ini. Ehm…
cukup rumit rasa ini untuk dilukiskan, namun beginilah adanya, tanpa harus merugikan
orang yang ada disekitar kita tidak ada salahnya jika yang aku alami saat ini adalah
cinta sementara.
Selama
satu minggu ini aku terlihat bosan dengan suasana yang monoton seperti ini, aku
selalu menghabiskan waktu dan kesempatan didalam kelas. Rasanya ingin mencari
suasana baru, namun tidak ada ide atau hal menarik yang akan aku kerjakan yang
membuat suasana hari dan hatiku saat ini.
Hari
ini pelajaran yang sangat membosankan, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Menurut ku tidak ada manfaatnya mempelajari bahasa yang setiap harinya kita
gunakan. Tidak perlu belajar kita sudah mengunakan bahasa itu dan
mempraktekkannya secara langsungkan. Yang membuat kebosananku bertambah adalah
metode yang digunakan oleh Guru Bahasa Indonesia setiap pertemuan dengan siswa
pasti hal utama yang harus dikerjakan adalah mengisi LKS sampai habis materi.
Haduhh… sangat menguras otak dan tenaga, dengan muka yang sedikit killer
tiba-tiba Guru yang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia langsung memberi tugas
yang harus dikerjakan dilokal perpustakaan. Semua siswa terlihat pasrah karena
terpaksa, lagi-lagi diberikan materi yang harus berhubungan dengan metode yang
selalu sama.
Semua
teman-temanku beranjak dari kursi mereka dan menuju perpustakaan, meski terlihat sedikit kesal mereka tetap
menebar keceriaan satu sama lain, seperti aku dan yang lain saat ini. Kami
melewati setiap pintu ruang kelas dari kelas X.1 sampai kekelas XII ips 3
karena perpustakaan yang menjadi tujuan kami berada diujung gedung. Aku yang
sibuk bercanda sepanjang perjalanan sambil melewati pintu-pintu kelas, tanpa sengaja pandanganku mengarah kesudut
ruang kelas X.3 tepat di pojok kanan kelas bagian belakang bangku siswa, aku
melihat lagi sosok misterius itu. ya… sosok yang selama ini aku tunggu dan aku
nanti lebih dari satu minggu lamanya, dan ternyata sosok rupawan itu adalah
adik kelas ku. Aku menghentikan sejenak langkah ku, mencoba memastikan apakah
benar dia yang aku lihat dipagi itu. Dengan lebih teliti aku menepi di luar
sudut paling belakang kelas, dan lagi-lagi terus mengarahkan pandangan yang
begitu tajam kearah paras pria itu. dan aku bicara sendiri kepada hati nuraniku
“tidak…tidak salah lagi, memang dia sosok yang aku lihat pagi itu, dan ternyata
dia adik kelas ku”. Terus kupandangi parasnya sampai betul-betul jelas dan
yakin bahwa memang dia orangnya, tentu saja itu karena aku tidak mau salah
orang, sehingga aku harus merasakan lagi apa itu sebuah kekecewaan. Tiba-tiba
Ros memangil namaku “Resta… ngapain kamu disitu, buruan kesini??, (sambil melambaikan
tangannya)” membuat fikiranku buyar dan pandanganku tak tearah karena terlalu
lama aku berdiri diluar ruangan kelas ini hanya untuk melihat dan memastikan
sosok pria itu, membuat aku harus tertinggal jauh dengan teman-temanku yang
lain menuju ruang perpustakaan. Segera ku tinggalkan pandangan mataku dari
parasnya perlahan namun pasti, dan mempercepat langkahku untuk mengejar
teman-temanku lainnya kemudian kembali bergabung bersama mereka. Ros yang
sekejap merangkul pundakku berbisik padaku “ngeliatin apaan siihh, seru
banget”. Aku yang sedikit tersipu malu sambil tersenyum menjawab enteng
pertanyaan Ros barusan “(dengan nada jutek, aku menjawab) ada dehhh,,, mau tau
aja”. Ros yang tidak suka jika harus bermain tebak-tebakan kurang puas dengan
jawaban yang aku berikan, “(sambil menampar pipi Resta dengan manja) Ros
menjawab, huuh dasar tukang ngintip”. Resta tidak mau kalah dan mencubit pipi
Ros dengan penuh sayang dan berkata “yeey.. siapa yang ngintip, aku itu Cuma
ngeliat”. Masih dengan raut muka yang sedikit sebel Ros menyangkal jawaban
Resta “sama aja neng… ‘ngintip’ sebelas, dua belas ama ‘ngeliat’ kalee..”
mereka saling berdebat konyol yang penuh dengan kecerian, terus bercanda
seperti itu sambil melangkah menuju ruang perpustakaan.
bersambung ke... Part III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar