Minggu, 22 September 2013

Kolong Wewe



Tong... Tong... Tong... "Lek,,, balek lek,,,!!". Tong... Tong... Tong... "Lek,,, balek lek,,,!!", suara berisik yang menggangu tidur malamku hingga aku terbangun. Entah apa yang sedang terjadi diluar sana, kejadiannya berlangsung sekitar pukul 11 malam. Semua warga kampung berteriak memangil seseorang yang tak kunjung pulang sejak sore tadi. Dari mulut kemulut ternyata memang benar, salah satu warga mendadak hilang dan katanya digondol (diculik) kolong wewe / wewe gombel begitu cerita yang kudengar dari seorang warga disekitar. Menurut cerita-cerita orang tua zaman dahulu kolong wewe dipercayai merupakan salah satu golongan dari bangsa jin. Biasanya kolong wewe sangatlah menyukai anak kecil dan sering bersembunyi dibalik pohon kawung (aren) yang tinggi, jadi jika ada anak kecil hilang sering-seringlah melihat keatas pohon itu. Lek Juminten merupakan korban kolong wewe, awalnya belum ada kecurigaan apapun dari keluarga lek Juminten hingga pukul 10 malam. Berdasarkan cerita warga yang hendak ke Musholah melihat lek Juminten berjalan sendiri kearah rimbah tepat diujung kampung. Anak dari lek Juminten yang saat itu juga heran kenapa orang tuanya tak kunjung tiba dirumah begitu panik, ada warga yang bilang "Mungkin digondol wewe", dan keluarga lek Juminten disarankan untuk berkeliling kampung mencari lek Juminten dengan mengenakan sebuah karung layaknya acara lomba karnaval agustus sambil memukul peralatan dapur seperti panci dan kuali (penggorengan) sebagai atribut. Konon katanya kolong wewe sangat tidak suka mendengar bunyi-bunyian dari peralatan dapur atau bisa juga menggunakan kentongan. Semua warga terus berkeliling dan tanpa henti memukul panci dan kuali sembari berteriak "Lek,,, balek lek,,,!!", secara berulang-ulang. Selain itu diundang pula orang pintar (dukun) untuk melacak keberadaan lek Juminten dan membantu lek Juminten masuk kedimensi nyata lagi.
Mitos kolong wewe yang kudengar hanya untuk menakut-nakuti anak kecil dengan tujuan agar jangan keluar dimalam hari, ternyata benar adanya. Namun ini versi yang berbeda bukan anak kecil yang menjadi korban melaian seorang ibu-ibu. Beberapa orang lainnya mengatakan bahwa sosok tersebut hanya fiktif belaka namun banyak juga yang mengatakan pernah melihat kolong wewe tersebut dalam wujud wanita cantik untuk mengelabui para korban khususnya agar anak kecil tidak merasa takut saat dibujuk dan dengan mudahnya ikut bersama kolong wewe. Kolong wewe itu sendiri digambarkan dengan sosok perempuan tua yang wajahnya penuh kerutan keriput, rambutnya putih, dan payudara yang panjang terlihat sangat menjijikkan. Jangan heran bila setelah ditemukan, korban akan menjadi orang yang hilang ingatan alias linglung karena itu adalah ulah dari kolong wewe.
Pencarian masih terus berlangsung hingga pukul 12 malam, aku masih saja duduk didepan rumah bersama warga lainnya. Kemudian terdengar teriakan seseorang dari kejauhan "Kuntilanak... Kuntilanak...", mereka berlarian kalang kabut. Para rombongan remaja kampung yang ikut berpartisipasi mencari lek Juminten, mengaku melihat sosok wanita berambut panjang dengan gaun berwarna putih yang sedang duduk manis diatas pohon besar. Tentu saja mereka berlari ketakutan dan menduga sosok itu adalah makhluk gaib sebangsa kuntilanak. Memang kuntilanak sangat senang menampakkan wujudnya untuk menakuti manusia. Apalagi jika ada ibu hamil atau bayi karena kuntilanak sangat senang menggangunya.
Beberapa jam kemudian, warga mengatakan bahwa lek Juminten telah pulang kerumah sekitar pukul 1 malam. Usut diusut saat lek Juminten diintrogasi atau ditanya-tanya, lek Juminten mengaku telah diajak oleh 2 sosok yang mengenakan pakaian serba hitam. Lek Juminten tidak begitu tahu bahkan tidak mengenali sosok itu, lek Juminten hanya fokus berjalan lurus mengikuti sebuah cahaya yang dikeluarkan oleh sosok itu dan tiba-tiba lek Juminten mulai tersadar saat sedang duduk dibawah pohon jati besar. Saat itu lek Juminten kebingungan, kenapa tiba-tiba lek Juminten berada disini sendirian. Lalu akhirnya lek Juminten meninggalkan pohon jati dan segera pulang kerumah. Syukurlah lek Juminten bisa kembali tanpa kurang apapun.
Jika dilihat dari mitos yang ada, saat seseorang telah digondol kolong wewe dan sempat memakan cacing atau belatung yang diberikan oleh kolong wewe maka orang itu tidak akan bisa kembali lagi, karena harus tinggal bersama kolong wewe untuk dijadikan sebagai pengikut.
Keesokan harinya kampung menjadi sunyi, tidak ada seorangpun yang keluar rumah pada malam hari setelah peristiwa lek Juminten digondol kolong wewe. Apalagi ibu-ibu yang mempunyai anak kecil, melarang anaknya untuk pergi bermain sendirian. Meskipun mitos kolong wewe ini masih samar kebenarannya tetapi tetap saja dipercayai oleh sebagian masyarakat memang ada. Maka dari itulah kita perlu waspada, mungkin suata saat sosok kolong wewe muncul disekitar kita. Hiii....

Lanjut kecerita berikutnya   Si Noni Jembatan Musi II

Tidak ada komentar: