Tong...
Tong... Tong... "Lek,,, balek lek,,,!!". Tong... Tong... Tong... "Lek,,,
balek lek,,,!!", suara berisik yang menggangu tidur malamku hingga aku
terbangun. Entah apa yang sedang terjadi diluar sana, kejadiannya berlangsung
sekitar pukul 11 malam. Semua warga kampung berteriak memangil seseorang yang
tak kunjung pulang sejak sore tadi. Dari mulut kemulut ternyata memang benar,
salah satu warga mendadak hilang dan katanya digondol (diculik) kolong wewe / wewe
gombel begitu cerita yang kudengar dari seorang warga disekitar. Menurut
cerita-cerita orang tua zaman dahulu kolong wewe dipercayai merupakan salah
satu golongan dari bangsa jin. Biasanya kolong wewe sangatlah menyukai anak
kecil dan sering bersembunyi dibalik pohon kawung (aren) yang tinggi, jadi jika
ada anak kecil hilang sering-seringlah melihat keatas pohon itu. Lek Juminten
merupakan korban kolong wewe, awalnya belum ada kecurigaan apapun dari keluarga
lek Juminten hingga pukul 10 malam. Berdasarkan cerita warga yang hendak ke
Musholah melihat lek Juminten berjalan sendiri kearah rimbah tepat diujung
kampung. Anak dari lek Juminten yang saat itu juga heran kenapa orang tuanya
tak kunjung tiba dirumah begitu panik, ada warga yang bilang "Mungkin
digondol wewe", dan keluarga lek Juminten disarankan untuk berkeliling
kampung mencari lek Juminten dengan mengenakan sebuah karung layaknya acara
lomba karnaval agustus sambil memukul peralatan dapur seperti panci dan kuali
(penggorengan) sebagai atribut. Konon katanya kolong wewe sangat tidak suka
mendengar bunyi-bunyian dari peralatan dapur atau bisa juga menggunakan kentongan.
Semua warga terus berkeliling dan tanpa henti memukul panci dan kuali sembari
berteriak "Lek,,, balek lek,,,!!", secara berulang-ulang. Selain itu
diundang pula orang pintar (dukun) untuk melacak keberadaan lek Juminten dan
membantu lek Juminten masuk kedimensi nyata lagi.
Mitos
kolong wewe yang kudengar hanya untuk menakut-nakuti anak kecil dengan tujuan
agar jangan keluar dimalam hari, ternyata benar adanya. Namun ini versi yang
berbeda bukan anak kecil yang menjadi korban melaian seorang ibu-ibu. Beberapa
orang lainnya mengatakan bahwa sosok tersebut hanya fiktif belaka namun banyak
juga yang mengatakan pernah melihat kolong wewe tersebut dalam wujud wanita
cantik untuk mengelabui para korban khususnya agar anak kecil tidak merasa
takut saat dibujuk dan dengan mudahnya ikut bersama kolong wewe. Kolong wewe
itu sendiri digambarkan dengan sosok perempuan tua yang wajahnya penuh kerutan
keriput, rambutnya putih, dan payudara yang panjang terlihat sangat
menjijikkan. Jangan heran bila setelah ditemukan, korban akan menjadi orang
yang hilang ingatan alias linglung karena itu adalah ulah dari kolong wewe.
Pencarian
masih terus berlangsung hingga pukul 12 malam, aku masih saja duduk didepan
rumah bersama warga lainnya. Kemudian terdengar teriakan seseorang dari
kejauhan "Kuntilanak... Kuntilanak...", mereka berlarian kalang
kabut. Para rombongan remaja kampung yang ikut berpartisipasi mencari lek
Juminten, mengaku melihat sosok wanita berambut panjang dengan gaun berwarna
putih yang sedang duduk manis diatas pohon besar. Tentu saja mereka berlari
ketakutan dan menduga sosok itu adalah makhluk gaib sebangsa kuntilanak. Memang
kuntilanak sangat senang menampakkan wujudnya untuk menakuti manusia. Apalagi
jika ada ibu hamil atau bayi karena kuntilanak sangat senang menggangunya.
Beberapa
jam kemudian, warga mengatakan bahwa lek Juminten telah pulang kerumah sekitar
pukul 1 malam. Usut diusut saat lek Juminten diintrogasi atau ditanya-tanya,
lek Juminten mengaku telah diajak oleh 2 sosok yang mengenakan pakaian serba
hitam. Lek Juminten tidak begitu tahu bahkan tidak mengenali sosok itu, lek
Juminten hanya fokus berjalan lurus mengikuti sebuah cahaya yang dikeluarkan
oleh sosok itu dan tiba-tiba lek Juminten mulai tersadar saat sedang duduk
dibawah pohon jati besar. Saat itu lek Juminten kebingungan, kenapa tiba-tiba
lek Juminten berada disini sendirian. Lalu akhirnya lek Juminten meninggalkan
pohon jati dan segera pulang kerumah. Syukurlah lek Juminten bisa kembali tanpa
kurang apapun.
Jika
dilihat dari mitos yang ada, saat seseorang telah digondol kolong wewe dan
sempat memakan cacing atau belatung yang diberikan oleh kolong wewe maka orang
itu tidak akan bisa kembali lagi, karena harus tinggal bersama kolong wewe untuk
dijadikan sebagai pengikut.
Keesokan
harinya kampung menjadi sunyi, tidak ada seorangpun yang keluar rumah pada
malam hari setelah peristiwa lek Juminten digondol kolong wewe. Apalagi ibu-ibu
yang mempunyai anak kecil, melarang anaknya untuk pergi bermain sendirian.
Meskipun mitos kolong wewe ini masih samar kebenarannya tetapi tetap saja
dipercayai oleh sebagian masyarakat memang ada. Maka dari itulah kita perlu
waspada, mungkin suata saat sosok kolong wewe muncul disekitar kita. Hiii....
Lanjut kecerita berikutnya Si Noni Jembatan Musi II
Lanjut kecerita berikutnya Si Noni Jembatan Musi II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar