Pagi ini terlihat tidak biasa,
bagiku dunia adalah tempat yang nyata tanpa ada rekayasa, halusinasi atau
apapun itu yang berhubungan dengan mistis sekalipun, aku hanya percaya pada
kenyataan. Kebiasaanku setiap pagi adalah menunggu angkutan umum dihalte ini
dan tepat dihadapanku terlihat seorang wanita paruh bayah yang sedang duduk
sendiri dibawah payung hitam ditangannya, baru pertama ini aku melihatnya,
wajahnya terlihat lelah terbalut usia, pandanganya terhimpit oleh sebuah sinar
mentari dan tidak ada hal lain yang wanita itu kerjakan kecuali duduk berdiam
diri dihalte ini. Wanita ini membuat pagi hariku sangat menyeramkan, busana
yang dikenakan wanita ini senada dengan warna payung hitam yang sedang
dikenakan untuk melindungi tubuhnya. Memang sedikit terlihat aneh cuaca cerah
seperti ini, tanpa panas, tanpa hujan bermain dengan payung. Aku hanya bisa
tersenyum kecil, entah apa yang ada difikiranya saat ini, mungkin ia hanya
sekedar merenung saja memikirkan keluarganya ataupun anak-anaknya.
Aku mulai memperhatikannya jarak
kami tidak terlalu jauh, mungkin aku hanya sekedar ingin tahu sedang apa ia
sendiri disini. Angkutan umun yang akan kutumpangi mulai terlihat dari
kejauhan, aku segera beranjak berdiri untuk naik angkutan umum, pandanganku
belum lepas dan tetap memperhatikan wanita itu. Bus makin merapat kekiri dan
aku melangkah menuju angkutan, kemudian masuk kedalam hingga dapatkan tempat
duduk. Belum satu menit aku duduk, aku mencoba mengarahkan pandanganku keluar
jendela hanya untuk melihat wanita tadi, seketika aku terkejut melihat wanita
itu tidak ada lagi ditempat yang sama saat aku pertama melihatnya. Aku melihat
disekitarku mungkin ia juga masuk angkutan yang sama denganku, semua arah telah
kulihat tapi wanita itu benar-benar hilang, hatiku berbisik "kemana wanita
itu, cepat sekali ia pergi tanpa jejak apapun". Waah,,, kenapa jadi aku
yang kebingungan sendiri, logikanya mungkin wanita itu buru-buru dijemput oleh
seseorang.
Hari berikutnya aku, menunggu
dihalte yang sama seperti kemarin. Sialnya halte hari ini penuh dengan manusia,
dan sepertinya aku tidak melihat wanita paruh bayah dan payung hitamnya lagi
hari ini. Haah,,, syukurlah ini hanya pemikiran konyolku. Aku melangkahkan kaki
menuju bus yang telah merapat kekiri, aku beruntung sekali bus jurusan ini sepi
penumpang, aku bisa dengan bebas duduk dimanapun, dan kupilih duduk disamping
jendela sebelah kiri, bus yang kutumpangi segera melaju dan seketika
pandanganku mengarah keluar, aku terkejut tiba-tiba aku melihat wanita paruh
bayah itu duduk ditempat yang sama dan juga masih dengan busana hitam dan
payung hitamnya. Namun sosoknya terlihat semakin jauh karena bus semakin melaju
cepat. Aneh sekali sosoknya muncul tiba-tiba dan sepertinya wanita itu fokus
pada dirinya sendiri tanpa melihat kesibukan yang dilakukan oleh orang
disekitarnya.
Ini hari ketiga dan aku sengaja
datang lebih awal menuju halte biasa, masih terlihat sepi sekali halte ini, aku
duduk disebelah kanan, sejenak aku menoleh kearah kiri dimana wanita paruh
bayah itu memanjakan tubuhnya untuk duduk kemarin. Waktu kian berlalu, matahari
pagi terlihat semakin terik, hampir satu jam aku duduk disini seperti orang
bodoh yang kehilangan sesuatu. Mungkin sudah lebih dari dua puluh orang
mondar-mandir dihadapanku dan berapa banyak bus yang sengaja aku lewatkan
begitu saja. Kemudian aku tersadar oleh logika yang sedang mengelilingi
fikiranku dan berkata "Hei,, hal bodoh apa yang aku lakukan". Aku
merasa yang kukerjakan saat ini hanya membuang waktu kosongku saja. Seharusnya
aku tidak perlu sejauh ini, aku terlalu empati terhadap wanita yang tidak
pernah kukenal sebelumnya. Aku beranjak dari tempat duduk dan melambaikan
tangan memberi kode pada kernet bus agar berhenti dihalte tempat aku berdiri
dan sopir bus langsung banting setir merapat kekiri, tanpa beban aku langsung
naik bus dan segera menuju kampus. Keosakan hari seperti biasa aku menuju halte
yang sama, tapi aku tidak terlalu memikirkan dapat bertemu wanita itu atau
tidak. Namun sepertinya sosok itu tidak terlihat lagi pagi ini.
Aku benci hari sabtu yang harus
menyiksa, karena jadwal yang padat dan membuat aku wajib pulang malam. Sangat
menyebalkan yang lebih parahnya lagi tidak ada yang bisa aku andalkan untuk
menjemputku, semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi tidak terlalu
buruk, aku bisa dengan puas memandangi lampu jalan dimalam hari lewat jendela
bus yang aku tumpangi saat ini, setidaknya dapat menghilangkan sedikit galauku
malam ini. Semua tidak sesuai rencana, tiba-tiba hujan turun mengguyur kota
ini. Oh,,, dramatis sekali malam ini bagiku hujan datang disaat yang tidap
tepat. Otakku mulai berfikir, bagaimana caranya aku pulang. Bus semakin merapat
kekiri artinya aku harus turun disini meski hujan aku harus memaksakan diri
untuk menyebrang jalan ditengah derasnya hujan, aku berlari sambil menghindari
kendaraan yang melintas. Karena hujannya cukup deras, aku terpaksa berteduh
dihalte sejenak menunggu hujan hingga sedikit reda. "Haduh,,, sialnya aku
hari ini", keluhku dalam hati. Halte sangat hening malam ini, aku menatap
disekitar hanya ada beberapa orang disini menunggu hujan yang semakin deras
saja. Ketika aku menoleh kearah kiri, tanpa diduga aku melihat sosok wanita
itu. Segera aku melangkah mencoba menghampirinya, akupun duduk disebelahnya.
Aku memandangnya, tiba-tiba wanita itu menoleh kearahku lalu melemparkan
sedikit senyum hangat dibibirnya. Aku membalas senyuman itu dengan perasaan
takjub hingga heran. Ternyata sosok menyeramkan yang melekat pada wanita ini
seakan berubah menjadi sosok yang ramah tamah. Aku melihat jam ditanganku,
waktu semakin malam dan bertambah gelap, kegelisahanku tidak terbendung, aku
sibuk mengarahkan pandanganku kelangit memohon agar hujan cepat reda walau
hanya sejenak. Saat aku sibuk dengan kebingunganku, tiba-tiba aku melihat
wanita paruh bayah disampingku mengulurkan tangannya yang menggenggam payung
hitam kearahku. Segera kutolehkan pandanganku kearanya, dan wanita itu tanpa
basa-basi berkata "Pakai payung ini, pulanglah". Aku bingung antara
mau atau tidak menyambut payung hitam wanita itu. "Alona Ramdhani,
pulanglah", wanita itu masih mengulurkan payung hitam kearahku. Lamunanku
terpecah saat wanita itu menyebutkan namaku sedetail mungkin. Dengan spontan
aku melemparkan pertanyaan, "Maaf, ibu tahu nama saya?", dengan
perlahan wanita itu mengarahkan jemarinya untuk menggapai bet nama yang tertera
dipakaianku, dan aku hanya tersenyum kecil. Tanpa ragu segera kusambut payung
hitamnya lalu beranjak pergi meninggalkan wanita itu. Belum jauh melangkahkan
kakiku, tiba-tiba naluriku berkata "Jika payung ini kupakai, lalu
bagaimana dengan Ibu tadi", aku menepuk keningku sendiri begitu teganya
aku pada wanita yang telah menawarkan sedikit kebaikan padaku. Tidak mau
berfikir terlalu lama, aku berbalik arah dan kembali menuju kehalte. Belum ada
lima menit berlalu aku meninggalkan wanita itu, ketika aku hendak melangkah,
terlihat dari kejauhan tidak ada satu orangpun disana. Tentu hatiku bicara
"Kemana wanita tadi, aneh sekali?" meskipun bingung menyelimuti hati,
aku terus melanjutkan perjalanan untuk pulang kerumah.
Pagi ini, aku berjalan bersama
kegembiraan dengan menggandeng payung hitam milik wanita yang telah menolong
kesulitanku tadi malam. Sampai dihalte aku mengarahkan pandanganku ketempat
dimana aku dan wanita itu berbincang semalam, tapi tidak terlihat olehku
sosoknya. Kucoba untuk menunggu sebentar ditempat duduk yang sama dihalte
kemarin. Begitu lama aku menunggu tapi sosok itu tidak juga menampakkan
dirinya, akhirnya aku memutuskan untuk kembali lagi siang nanti, sepulang aku
dari kampus. Seharian aku seperti orang
gila membawa payung hitam mondar-mandir disekitar kampus, tidak sedikit yang
bertanya "Hey Lon... Ngapain bawa payung ginian?", haah,, hampir
semua Mahasiswa yang mengenalku mengajukan pertanyaan yang sama. Tapi
syukurlah, didalam bus ini tidak ada lagi yang bertanya tentang asal usul
payung hitam ini lagi kepadaku, meskipun kemungkinan ada anggapan aku gila
dibenak para penumpang yang melihatku, whatever…
I don't care. Aku tidak perlu
memikirkan itu, aku segera mengembalikan payung ini kepada wanita itu. Tanpa
terasa bus telah merapat kekiri, aku segera beranjak dan turun. Dari kejauhan
aku melihat halte seberang jalan dimana aku berdiri saat ini, sangat sepi. Aku
mengeluhkan terik panas siang hari ini dan kendaraan yang semakin ramai, tidak
ada jembatan penyebrangan sekitar daerah ini. Aku mengikuti rombongan yang akan
menyeberang, dan hal yang paling membosankan kali ini aku harus rela menunggu
hingga wanita itu datang agar bisa segera kukembalikan payung hitam miliknya.
Rasanya tidak ada waktu lagi, karena dua hari lagi bulan Ramadhan biasanya jika
Ramadhan tiba aku harus pulang kedaerahku untuk mengawali puasa bersama
keluarga. Sekian lama aku menunggu disini, dari siang hingga sore dan langitpun
mulai terlihat redup menampakkan senja. Tetapi wanita itu tidak juga terlihat,
menyesal sekali rasanya aku belum sempat sekedar mengucapkan kata terima kasih
kepada beliau. Bersama kebingunganku harus bagaimana cara mengembalikan payung
ini, aku melihat pedagang yang berjualan disamping halte ini, aku akan coba bertanya
mungkin pedagang itu tidak asing dengan sosok wanita paruh bayah yang sering
termenung dihalte ini, paling tidak mendapatkan alamatnya saja sudah ckup.
Dengan semangat menggebu-gebu ku langkahkan kaki menuju area tempat pedagang
itu berjualan tanpa basa-basi aku langsung melemparkan pertanyaan "Permisi
Pak, maaf menggangu", pedagangpun menyambut hangat kedatanganku "Iya
neng, ada apa ya?". Aku langsung mengarah pada tujuanku "Begini,
Bapak tahu ngga ibu-ibu yang sering duduk disitu (tanganku menunjuk bangku
halte) yang suka pakai payung hitam, tahu ngga Pak?", pedagang itu
langsung menjawab pertanyaanku dengan sigap. "Oh, itu Neng Ibu Mala"
aku tersenyum "Jadi Bapak tahu?", Pedagang melanjutkan
pembicaraannya, "Iya neng, buk Mala memang sering sendirian duduk disitu,
banyak yang bilang beliau rada-rada setres soalnya tahun lalu dua hari
menjelang Ramadhan cucunya kecelakaan tepat didepan halte itu Neng. Hampir tiap
hari buk Mala disitu entah itu pagi, siang, sore, ataupun malam. Emangnya
kenapa neng, nanyai buk Mala?", aku sangat serius menyimak jawaban
pedagang itu dan ingin bertanya lebih jau lagi, "Oh, ngga apa-apa Pak cuma
penasaran aja, berarti sore ini buk Mala bakal balik lagi dong Pak?".
Pedagang itu terwata dan sedikit mengejek, "Aah, si Eneng ada-ada aja,
yaa.. Ngga mungkin lah itu Neng!" , seketika aku heran dan kembali
bertanya "Loh,, kenapa Pak? Bukannya tadi Bapak yang bilang ibu Mala
sering kesini". Pedagang itu memasang wajah serius, "Memangnya, si
Eneng tidak tahu, dua hari yang lalukan ibu Mala meninggal ditempat ketabrak
mobil gara-gara mau nolongi anak kecil yang mau menyebrang". Aku terkejut
saat mendengar kesaksian pedagang ini, dan mencoba meyakinkan pernyataan itu,
"Bapak yang bener dong, jangan becanda baru juga semalem aku bertemu dengan
beliau", pedagang itu tidak mau kalah karena ia merasa benar, "Si
Eneng tu yang bercanda, saksinya banyak neng tanya aja sama pedagang yang lain
kalau tidak percaya". Okey, aku mengalah pedagang ini tidak mungkin
mengarang cerita. Aku hanya terbawa suasana saja malam itu dan seolah melihat
halusinasi ibu Mala. Tapi, jika semalam hanya halusinasiku lalu apa kabarnya
dengan payung hitam yang ada ditanganku saat ini. Payung ini terlihat sangat
nyata bukan halusinasi, buktinya saat dikampus banyak yang bertanya tentang
payung hitam ini. Tiba-tiba pedagang itu melambaikan tanganya tepat diwajahku
"Neng, Neng, kok jadi melamun?" aku tersadar dan pura-pura tidak
terjadi apa-apa, "Aah, ngga Pak, aku mau beli minum Pak yang itu (tanganku
menunjuk minuman botol yang dijual oleh pedagang) kayaknya aku dehidrasi nih
Pak?", sang pedagang langsung mengambil dan memberikannya padaku, "Oh,
iya boleh neng", segera kusambut minuman itu "Makasih Pak".
Dengan langkah yang sedikit tidak
menentu aku berjalan pulang. Sulit dipercaya, selama ini aku selalu tidak
percaya dengan hal mistis tapi, kenyataan yang kualami adalah bagian dari
mistis. Sepanjang jalan aku memandangi payung hitam yang ada digenggamanku
secara seksama, bulu kudukku merinding jika harus mengingat kejadian tadi
malam. Namun satu hal yang kudapat dari kejadian bahwa manusia dan makhluk
kasap mata juga berada didunia yang sama mereka tidak akan menggangu jika tidak
diganggu, aku salah jika harus percaya hanya pada hal yang dapat aku sentuh
tapi hal yang tidak dapat disentuh juga nyata adanya. Ini adalah kejutan misterus
yang aku dapatkan sebelum Ramadhan. Dan payung ini akan aku simpan dengan baik.
Terima kasih ibu Mala semoga Allah Swt menempatkan kebaikanmu ditempat yang
terindah. Amin...