Selama
aku bersekolah disekolah ini, baru pertama kalinya aku masuk keruang
perpustakaan ini. Sungguh sangat memalukan jika seorang pelajar tidak pernah
masuk ruangan yang bernama perpustakaan. Sungguh ironis kepribadianku, aku malu
pada diriku sendiri. Ternyata ruang perpus ini sangat nyaman, sunyi, dan
tentram, rasanya seperti menemukan dunia yang baru yang tidak boleh dilewatkan
begitu saja. Aku sangat menikmati berada di ruangan ini, suasana yang bersahaja
menenangkan fikiranku. Dengan semangat dan waktu yang singkat aku menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Guru, Ros yang tidak percaya sangat kagum dan
memujiku dengan nada yang takjub “waaw… cepet bener neng, kurang dari 30 menit
udah bisa kelar, ajaib (menggelengkan kepalanya)”. Memang kalau sesuatu yang
dikerjakan dengan sepenuh hati akan selesai dengan hasil yang sangat memuaskan.
Mungkin ini ya, rahasia orang-orang jenius yang ada di dunia.
Karena
tugasku selesai lebih awal dari target waktu yang diberikan. Aku iseng-iseng
mengelilingi setiap sudut perpustakaan yang dipenuhi dengan rak-rak buku yang
begitu mempesona karena susunannya yang tertata rapi. Terus ku telusuri setiap
lorong kecil yang dibatasi oleh plang nama buku secara umum. Langkahku menuju
kumpulan buku tentang sastra, salah satunya seperti kumpulan novel, puisi,
roman, drama, dan masih banyak lagi yang pastinya berhubungan dengan sastra.
Aku melirik satu buku berbentuk novel yang berjudul “Kamu Hanya Satu”. Aku
mengambil novel itu dari susunannya. Saat novel itu telah ditangan, aku melihat
bagian belakang buku tersebut, sekedar ingin tahu bagaimana sinopsisnya dan
siapa pengarang karya sastra ini. Belum selesai aku membaca sinopsisnya
tiba-tiba bel tanda istirahat berbunyi, semua teman-teman langsung mengumpulkan
tugas mereka masing-masing kepada ketua kelas. Ketua kelas yang pernah
digosipkan suka padaku, melirik dan mendekatiku kemudian bertanya “mana
tugasnya, udah selesai”. Aku hanya membalas dengan senyuman dan menyerahkan
tugasku kepadanya. Tiba-tiba Ros datang dan ketua kelas langsung pergi, yahh…
mungkin malu jika ada yang tahu kalau dia menghampiriku. Ros yang bawel
mengajakku makan di kantin tapi, karena aku tidak lapar dan kebetulan aku belum
selesai membaca sinopsis novel ini aku menolak ajakannya. Ros yang memang
sangat hobi makan terlihat tersiksa jika tidak makan saat istirahat, dan
tinggallah aku sendiri disini. Ohhh… tidak ternyata aku tidak sendiri, banyak
siswa yang berdatangan untuk masuk keperpustakaan ini. mereka memanfaatkan
waktu istirahat untuk menambah wawasan mereka disini. Takjubku makin bertambah
pada ruangan yang minimalis ini, sangat banyak peminatnya. Aku meneruskan
membaca sinopsis ini dan saat aku dengan serius selesai membaca bagian sinopsis
novel ini, aku membuka lembar pertama bagian belakang novel ini, ada sebuah
catatan kecil yang tertulis menggunakan tinta pena yang berwarna pink.
Sepertinya catatan ini adalah komentar tentang novel ini dari pembaca yang
telah selesai membaca dan menghayati novel ini. Aku membaca dengan
sunguh-sunguh untaian kata demi kata yang berwarna pink itu, sangat puitis dan
menyentuh hati, jujur aku hampir meneteskan air mata saat memahami kata demi
kata yang tertulis dengan rapi dan indah.
Mataku melihat mu dikejauhan
Menatap mu penuh jingga
Memandang mu tanpa jemu
Mengingatkan ku kisah itu
Aku terbakar rindu
Aku terjebak dalam waktu
Aku ingin bertemu
Aku mencari arti hadirmu
Kamu yang tersayang
Kamu yang dihadapanku
Kamu yang kusayang
Tapi, bukan kamu yang kumau
Memang benar kalian sama
Tapi, bukan kamu yang dulu
kucinta
Kekasih ku yang telah tiada
Menyerupai si dia
Citra Maharana
14 Agustus 2007
L
Begitulah
lantunan isi dari makna yang tersirat dalam puisi ini. aku begitu mengerti jika
puisi ini harus dikaitkan dengan sinopsis dan judul novel ini sendiri. Yang ada
dibenakku adalah siapa sosok Citra Maharana yang ada di bagian bawah puisi
tersebut. Nama itu sangat asing terdengar, jika nama tersebut yang menulis puisi
itu, jelas saja tertulis 14 Agustus 2007 berati sekitar 5 bulan yang lalu. Sedangkan saat ini 28
januari 2008, kalo memang dia salah satu siswa disini berarti dia murid kelas
X. ehm… apa benar dugaanku tapi, mungkin saja karena baru kelas X jadi belum
terlalu popular nama itu.
Sepertinya
aku tertarik untuk membaca novel ini. mungkin saja aku akan menemukan jawaban
dari pertanyaan ku tadi. Karena waktu istirahat telah selesai aku menuju
petugas penjaga perpustakaan untuk meminjam novel ini. keluar dari ruangan
perpustakaan ini, rasanya jiwaku hampa mungkin karena aku terlalu menghayati
isi puisi ini dan berkhayal seolah aku yang mengalami kejadian yang terdapat
pada makna puisi mengharu biru ini, “yahh… mungkin saja” aku mencoba menghibur
diriku saja dengan berkata seperti itu dalam hati. Dengan santai lagi-lagi
langkahku melewati pintu-pintu ruang kelas yang ada di sekolah ini, aku
teringat akan sosok yang membuat aku terpaku sebelum sampai di perpustakaan.
Aku paham sekali dimana saat aku berdiri dan bersikap konyol saat memandang dan
meyakinkan diri bahwa memang benar dia orangnya. Dengan percaya diri aku
mempercepat langkah dan mengarahkan pandanganku tapi, kenapa… kenapa ada
kebingungan melandaku saat ini, hatiku berbisik “mungkin bukan yang ini
kelasnya, mugkin saja disebalah”. Aku melangkah penuh keraguan, saat aku
melihat dikelas sebelah tidak juga kutemui, kulanjutkan diselahnya lagi dan
tetap tidak ada, terus seperti itu sampai habis bagian ruangan kelas X. Apa aku
yang salah melihat dia berada dikelas mana, mungkin dia bukan kelas X melainkan
kelas XI atau bahkan kelas XII, aku terus melihat ruang kelas satu persatu.
Semua kelas yang aku lihat menyatakan tidak ada sosok yang aku cari, telah ku
lewati dan ku cari hampir tiga kali tapi tetap sama tidak ada sosok itu. Kenapa
aku menjadi ragu dengan apa yang telah aku lihat dan aku alami, apakah aku
sedang bermimpi? Jika aku sedang bermimpi kenapa waktu tidak bisa berjalan
cepat sesuai keinginanku, aku ingin cepat terbangun dan mengakhiri mimpi ini
jika benar semua hanya mimpi.
Dengan
kebingunganku sendiri aku tersadar dari jeritan hatiku, saat seorang guru TU
menegurku “hey,,, ngapain kamu disini nak, ayo masuk sana kekelas”. Lekas aku
menjawab meski sedikit gugup “iii…ya… Pak, maaf” aku bergegas melangkah dan
masuk kekelas dan menuju tempat dudukku, aku masih tidak percaya kenapa aku
terlihat sangat konyol harus mencari sosok misterius itu. Aku memandang novel
yang aku pinjam dari perpustakaan tadi, setelah puas memandang aku letakkan
didalam tas dan tidak sabar ingin segera membacanya dan tahu bagaimana kisah,
makna dan jalan cerita dari judul novel ini.
Pulang
sekolah, aku langsung merebahkan badanku diatas ranjang kamarku, aku merasa
lelah hari ini bahkan sangat lelah, karena semua kejadian yang aku alami hari
ini diluar akala sehatku. Aku ingat akan novel yang aku pinjam dari perpus tadi
siang. Aku meraih tas ransel yang berada tidak jauh dariku, dan segera aku
ambil novel dari dalam tas, saat novel berada ditanganku lagi-lagi aku menatap
sampul dan judul novel itu dibagian depan novel, segera kubuka halaman pertama
dan mulai membacanya.
bersambung ke... Part IV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar