Jumat, 06 September 2013

Cinta Kedua




Part III

Selama aku bersekolah disekolah ini, baru pertama kalinya aku masuk keruang perpustakaan ini. Sungguh sangat memalukan jika seorang pelajar tidak pernah masuk ruangan yang bernama perpustakaan. Sungguh ironis kepribadianku, aku malu pada diriku sendiri. Ternyata ruang perpus ini sangat nyaman, sunyi, dan tentram, rasanya seperti menemukan dunia yang baru yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Aku sangat menikmati berada di ruangan ini, suasana yang bersahaja menenangkan fikiranku. Dengan semangat dan waktu yang singkat aku menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Guru, Ros yang tidak percaya sangat kagum dan memujiku dengan nada yang takjub “waaw… cepet bener neng, kurang dari 30 menit udah bisa kelar, ajaib (menggelengkan kepalanya)”. Memang kalau sesuatu yang dikerjakan dengan sepenuh hati akan selesai dengan hasil yang sangat memuaskan. Mungkin ini ya, rahasia orang-orang jenius yang ada di dunia.
Karena tugasku selesai lebih awal dari target waktu yang diberikan. Aku iseng-iseng mengelilingi setiap sudut perpustakaan yang dipenuhi dengan rak-rak buku yang begitu mempesona karena susunannya yang tertata rapi. Terus ku telusuri setiap lorong kecil yang dibatasi oleh plang nama buku secara umum. Langkahku menuju kumpulan buku tentang sastra, salah satunya seperti kumpulan novel, puisi, roman, drama, dan masih banyak lagi yang pastinya berhubungan dengan sastra. Aku melirik satu buku berbentuk novel yang berjudul “Kamu Hanya Satu”. Aku mengambil novel itu dari susunannya. Saat novel itu telah ditangan, aku melihat bagian belakang buku tersebut, sekedar ingin tahu bagaimana sinopsisnya dan siapa pengarang karya sastra ini. Belum selesai aku membaca sinopsisnya tiba-tiba bel tanda istirahat berbunyi, semua teman-teman langsung mengumpulkan tugas mereka masing-masing kepada ketua kelas. Ketua kelas yang pernah digosipkan suka padaku, melirik dan mendekatiku kemudian bertanya “mana tugasnya, udah selesai”. Aku hanya membalas dengan senyuman dan menyerahkan tugasku kepadanya. Tiba-tiba Ros datang dan ketua kelas langsung pergi, yahh… mungkin malu jika ada yang tahu kalau dia menghampiriku. Ros yang bawel mengajakku makan di kantin tapi, karena aku tidak lapar dan kebetulan aku belum selesai membaca sinopsis novel ini aku menolak ajakannya. Ros yang memang sangat hobi makan terlihat tersiksa jika tidak makan saat istirahat, dan tinggallah aku sendiri disini. Ohhh… tidak ternyata aku tidak sendiri, banyak siswa yang berdatangan untuk masuk keperpustakaan ini. mereka memanfaatkan waktu istirahat untuk menambah wawasan mereka disini. Takjubku makin bertambah pada ruangan yang minimalis ini, sangat banyak peminatnya. Aku meneruskan membaca sinopsis ini dan saat aku dengan serius selesai membaca bagian sinopsis novel ini, aku membuka lembar pertama bagian belakang novel ini, ada sebuah catatan kecil yang tertulis menggunakan tinta pena yang berwarna pink. Sepertinya catatan ini adalah komentar tentang novel ini dari pembaca yang telah selesai membaca dan menghayati novel ini. Aku membaca dengan sunguh-sunguh untaian kata demi kata yang berwarna pink itu, sangat puitis dan menyentuh hati, jujur aku hampir meneteskan air mata saat memahami kata demi kata yang tertulis dengan rapi dan indah.

Mataku melihat mu dikejauhan
Menatap mu penuh jingga
Memandang mu tanpa jemu
Mengingatkan ku kisah itu

Aku terbakar rindu
Aku terjebak dalam waktu
Aku ingin bertemu
Aku mencari arti hadirmu

Kamu yang tersayang
Kamu yang dihadapanku
Kamu yang kusayang
Tapi, bukan kamu yang kumau

Memang benar kalian sama
Tapi, bukan kamu yang dulu kucinta
Kekasih ku yang telah tiada
Menyerupai si dia

Citra Maharana
14 Agustus 2007
L

Begitulah lantunan isi dari makna yang tersirat dalam puisi ini. aku begitu mengerti jika puisi ini harus dikaitkan dengan sinopsis dan judul novel ini sendiri. Yang ada dibenakku adalah siapa sosok Citra Maharana yang ada di bagian bawah puisi tersebut. Nama itu sangat asing terdengar, jika nama tersebut yang menulis puisi itu, jelas saja tertulis 14 Agustus 2007 berati sekitar  5 bulan yang lalu. Sedangkan saat ini 28 januari 2008, kalo memang dia salah satu siswa disini berarti dia murid kelas X. ehm… apa benar dugaanku tapi, mungkin saja karena baru kelas X jadi belum terlalu popular nama itu.
Sepertinya aku tertarik untuk membaca novel ini. mungkin saja aku akan menemukan jawaban dari pertanyaan ku tadi. Karena waktu istirahat telah selesai aku menuju petugas penjaga perpustakaan untuk meminjam novel ini. keluar dari ruangan perpustakaan ini, rasanya jiwaku hampa mungkin karena aku terlalu menghayati isi puisi ini dan berkhayal seolah aku yang mengalami kejadian yang terdapat pada makna puisi mengharu biru ini, “yahh… mungkin saja” aku mencoba menghibur diriku saja dengan berkata seperti itu dalam hati. Dengan santai lagi-lagi langkahku melewati pintu-pintu ruang kelas yang ada di sekolah ini, aku teringat akan sosok yang membuat aku terpaku sebelum sampai di perpustakaan. Aku paham sekali dimana saat aku berdiri dan bersikap konyol saat memandang dan meyakinkan diri bahwa memang benar dia orangnya. Dengan percaya diri aku mempercepat langkah dan mengarahkan pandanganku tapi, kenapa… kenapa ada kebingungan melandaku saat ini, hatiku berbisik “mungkin bukan yang ini kelasnya, mugkin saja disebalah”. Aku melangkah penuh keraguan, saat aku melihat dikelas sebelah tidak juga kutemui, kulanjutkan diselahnya lagi dan tetap tidak ada, terus seperti itu sampai habis bagian ruangan kelas X. Apa aku yang salah melihat dia berada dikelas mana, mungkin dia bukan kelas X melainkan kelas XI atau bahkan kelas XII, aku terus melihat ruang kelas satu persatu. Semua kelas yang aku lihat menyatakan tidak ada sosok yang aku cari, telah ku lewati dan ku cari hampir tiga kali tapi tetap sama tidak ada sosok itu. Kenapa aku menjadi ragu dengan apa yang telah aku lihat dan aku alami, apakah aku sedang bermimpi? Jika aku sedang bermimpi kenapa waktu tidak bisa berjalan cepat sesuai keinginanku, aku ingin cepat terbangun dan mengakhiri mimpi ini jika benar semua hanya mimpi.
Dengan kebingunganku sendiri aku tersadar dari jeritan hatiku, saat seorang guru TU menegurku “hey,,, ngapain kamu disini nak, ayo masuk sana kekelas”. Lekas aku menjawab meski sedikit gugup “iii…ya… Pak, maaf” aku bergegas melangkah dan masuk kekelas dan menuju tempat dudukku, aku masih tidak percaya kenapa aku terlihat sangat konyol harus mencari sosok misterius itu. Aku memandang novel yang aku pinjam dari perpustakaan tadi, setelah puas memandang aku letakkan didalam tas dan tidak sabar ingin segera membacanya dan tahu bagaimana kisah, makna dan jalan cerita dari judul novel ini.
Pulang sekolah, aku langsung merebahkan badanku diatas ranjang kamarku, aku merasa lelah hari ini bahkan sangat lelah, karena semua kejadian yang aku alami hari ini diluar akala sehatku. Aku ingat akan novel yang aku pinjam dari perpus tadi siang. Aku meraih tas ransel yang berada tidak jauh dariku, dan segera aku ambil novel dari dalam tas, saat novel berada ditanganku lagi-lagi aku menatap sampul dan judul novel itu dibagian depan novel, segera kubuka halaman pertama dan mulai membacanya.

bersambung ke... Part IV

Tidak ada komentar: