Hidup
sesungguhnya penuh dengan permasalahan, siapapun orangnya pasti akan menghadapi
problematika yang sering disebut dengan masalah. Sesuatu yang riel dan nyata
adanya bahwa didalam kehidupan ini masalah akan ada dan datang menghampiri
setiap manusia dengan silih berganti. Selama manusia masih bernyawa, maka saat
itu mereka tidak dapat menghindari diri dari sebuah permasalahan.
Masalah
seharusnya bukan untuk dihindari, namun untuk dihadapi dan diselesaikan dengan
sebaik mungkin. Manusia tidak bisa lari begitu saja dari masalah karena
permasalahan hidup adalah sebuah kenyataan maka yang dibutuhkan adalah kesiapan
mental dan jiwa. Bagai sebuah pohon yang semakin tinggi maka akan semakin
banyak menerima terpaan angin, seperti itulah gambaran kehidupan manusia.
Berbagai masalah pasti akan datang sejalan dengan perputaran roda kehidupan.
Manusia, siapapun dia, profesi apa saja yang disandang, maupun status sosial
apa saja yang mereka miliki pasti akan ada permasalahan hidup masing-masing.
Sebab hidup dan masalah sesungguhnya merupakan dua subjek yang sudah menyatu,
keduanya tidak dapat dipisahkan karena setiap kehidupan pasti akan ada
permasalahan, jika tidak ada masalah tentu tidak ada kehidupan.
Tidak
ada manusia yang tidak punya masalah dalam kehidupan, kalaupun itu ada maka
mereka adalah manusia yang tidak punya masalah dengan dirinya sendiri tetapi
pasti menjadi beban masalah bagi orang lain. Jika dilihat dari segi pertumbuhan
hidup yang dijalani manusia akan kita temui fase kehidupan beserta masalahnya.
Fase kehidupan remaja misalnya, pasti akan dihadapkan oleh masalah pergaulan,
cinta, bahkan masalah pencarian jati diri dan sebagainya. Namun masalah akan
hilang secara perlahan dan akan bergulir menjadi masalah yang lebih berat
ketika seorang remaja memasuki fase sesudahnya yaitu masa dewasa. Pada masa
dewasa seseorang pasti akan dihadapkan oleh berbagai masalah yang lebih sulit,
berat, dan kompleks seperti masalah ekonomi, pekerjaan, keluarga, anak,
kedudukan dan masih banyak masalah-masalah lainnya.
Dalam
realita kehidupan sehari-hari yang terlihat dimata kita, bahwa orang lain tidak
seperti kita. Anda barangkali melihat dan menilai bahwa saya adalah seseorang
yang paling berbahagia, tidak punya banyak masalah, hidup rukun dalam keluarga
dan santai dengan pekerjaan. Tapi tanpa disadari pada saat yang bersamaan saya
juga melihat dan menilai bahwa andalah orang yang paling bahagia, beban yang
anda pikul tidak seberat dengan apa yang saya hadapi. Kenyataan seperti diatas
ternyata tidak hanya berlaku antara saya dan anda, tetapi semua orang juga sama
seperti kita. Mereka selalu melihat bahwa orang lain lebih bahagia hidupnya
dari pada kehidupan mereka sendiri.
Sebuah
kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri bahwa ketika masalah hidup itu
menyiksa, kita selalu merasakan yang namanya kesedihan. Pada puncaknya
kesedihan itu akan menjadi duka dan lara yang begitu menyiksa hingga kita tidak
berdaya apa-apa dalam tekanan kepedihan tersebut. Banyak sekali kasus yang
menunjukkan bahwa seseorang bisa berbuat nekat menjerumuskan dirinya sendiri
dalam kehancuran bahkan membuat kehancuran bagi orang lain karena tekanan
masalah hidup yang mereka rasakan sebagai sebuah siksaan.Allah Swt berfirman :
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا . إِنَّ الإنْسَانَ
خُلِقَ هَلُوعًا
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.
Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah” (QS. Al Ma'arij : 19-20)
Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah” (QS. Al Ma'arij : 19-20)
Kurang
adanya kesadaran diri bahwa orang lain juga punya kehidupan yang lebih layak
merupakan sumber dan awal dari hilangnya rasa syukur yang kemudian menumbuhkan
sifat keluh-kesah tersebut. Padahal kalau kita mau mengikuti bahwa sumber dari
kebahagiaan hidup sesungguhnya terletak pada rasa syukur itu. Kita sering
memimpikan punya kelebihan tanpa merenungkan resikonya, padahal kelebihan tersebut
hanya akan menciptakan permasalahan baru. Jadi, kenapa tidak mencoba untuk
mensyukuri sesuatu yang sudah kita punya saja mulai saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar