Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan sindrom klinik yang penyebabnya tidak diketahui yang menyangkut saraf perifer dan kranial
Etiologi Sindroma Guillain-Barre (SGB)
Sebagian besar pasien-pasien dengan Sindroma Guillain-Barre
(SGB) ini ditimbulkan oleh adanya infeksi (pernapasan atau
gastrointestinal) 1-4 minggu sebelum terjadi serangan neurologik. Pada
beberapa keadaan dapat terjadi setelah vaksinasi atau pembedahan. Hal
ini diakibatkan oleh infeksi virus primer, reaksi imun, dan bebeparap
proses lain atau sebuah kombinasi suatu proses.
Manifestasi Klinis Sindroma Guillain-Barre (SGB)
Terdapat
variasi dalam awitannya. Gejala-gejala neurologik diawali dengan
parestesia (kesemutan dan kebas) dan kelemahan otot kaki yang dapat
berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuih dan otot wajah. Kelemahan
otot dapat diikuti dengan cepat adanya paralisis yang lengkap. Saraf
kranial yang paling sering terserang, yang menunjukkan adanya paralisis
pada okuler, wajah dan otot orofaring dan juga menyebabkan kesukaran
berbicara, mengunyah, dan menelan. Disfungsi autonom yang sering terjadi
dan memperlihatkan bentuk reaksi berlebihan atau kurang bereaksinya
sistem saraf simpatis dan para simpstis seperti dimanifestasikan oleh
gangguan frekuensi jantung dan ritme, perubahan tekanan darah(hipertensi
transien, hipotensi ortostatik). Keadaan ini juga dapat menyebabkan
nyeri berat dan menetap pada punggung dan daerah kaki. Seringkali pasien
menunjukkan adanya kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh sama
seperti keterbatasan atau tidak adanyarefleks tendon . Perubahan sensori
dimanifestasikan dengan bentuk parestesia. Kebanyakan pasien mengalami
pemulihan penuh beberapa bulan sampai 1 tahun , tetapi sekitar 10%
menetap dengan residu ketidakmampuan
Diagnostik Sindroma Guillain-Barre (SGB)
Cairan spinal menunjukkan adanya
peningkatan konsentrasi protein dengan menghitung jumlah sel normal.
Pengujian elektrofisiologis diperlihatkan dengan bentuk lambatnya laju
konduksi saraf
Penatalaksanaan
Sindroma Guillain-Barre
(SGB) dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis dan pasien diatasi di
unit intensif care. Pasien yang mengalami masalah pernapasan memerlukan
ventilator yang kadang-kadang dalam waktu yang lama.
Plasmaferesis
(perubahan plasma) yang menyebabkan reduksi antibiotik kedalam
sirkulasi sementara, yang dapat digunakan pada serangan berat dan dapat
membatasi keadaan yang memburuk pada pasien dan demielinasi. Diperlukan
pemantauan EKG kontinu untuk kemungkinan perubahan kecepatan atau ritme
jantung. Disritmia jantung dihubungkan dengan keadaan abnormal autonom
yang diobati dengan propanolol untuk mencegah takikardi dan hipertensi.
Atropin dapat diberikan untuk menghindari episode bradikardi selama
penghisapan endotrakheal dan terapi fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar