Sabtu, 06 Desember 2014

Logika Hati



“Dena, mana Lis?”
Arman masih saja mencariku, ia selalu mendesak dengan berbagai cara, agar aku segera memberi jawaban atas perasaannya padaku.
“Den, Arman nyari lo tuh?” tanya Lisa padaku.
“Ah, bilang aja gue lagi sibuk.” perintahku pada Lisa.
“Kalian aneh deh, satu kantor tapi main kucing-kucingan.” Lisa berlalu dari ruanganku.
Aku tahu ini memang konyol, entah berapa banyak lagi laki-laki yang akan mencari-cari keberadaanku. Aku seperti koruptor cinta saja yang harus siap siaga menghindari rentenir penagih hutang. Aku tidak merasa pernah mengumbar cinta pada mereka. Mereka seakan menghampiriku seperti lalat yang menghinggapi makanan, tanpa harus diundang mereka datang dengan sendirinya.
“Den...” Lisa kembali masuk ruanganku.
“Apa lagi Lisa, bilang aja sama Arman gue lagi nggak mau diganggu!” ucapku kesal.
“Bos, manggil lo tuh.” jelas Lisa.
“Hah, editing lagi.” keluhku.
Kini aku telah sampai tepat didepan ruangan bos, aku mengatur napas sembari merapikan penampilanku dan mulai memasuki ruangan.
“Permisi Pak?”
“Iya, silakan,”
“Maaf Pak, ada apa ya?”
“Begini, ada tawaran menarik untuk kamu,”
“Tawaran... Tawaran apa ya Pak?”
“Kamu akan saya promosikan sebagai Manager Directing,,,”
Aku tersenyum kecil, jabatan Manager Directing merupakan mimpi besarku. Ini kesempatan emas untuk karirku.
“,,,dengan syarat kamu harus mampu menulis artikel tentang cerita cinta anak SMA”.
'Jleeebb...' semangatku down seketika saat menyimak kalimat terakhir bos. Cerita cinta., mana mungkin aku bisa menulis itu. Kisah cinta adalah kelemahan terbesarku, aku saja sudah lupa kapan terakhir jatuh cinta, setelah patah hatiku beberapa tahun yang lalu.
“Den, ada undangan makan malem nih dari Kevin. Terus nge-date dari Jody”
“Buat lo aja,”
“Males banget,” Lisa mengernyitkan dahinya.
“Lagian, mereka ngga bosen apa yach. Udah gue cueki juga,”
“Yaelah,,, namanya juga usaha Den”.
Cinta...? Apa itu cinta, semua orang beragumentasi seakan memberi gambaran bahwa cinta sangatlah indah tapi, sebenarnya apa itu cinta?
Cinta itu proses untuk bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain. Jika kita tidak mengerti maka kita tidak dapat memahami, dan jika kita bisa memahami belum tentu kita dapat mengerti.
Aku membaca artikel terbitan bulan lalu yang ditulis oleh Arman. Priat itu seakan punya sejuta cinta dihatinya. Arman begitu pandai mendeskripsikan bahasa cinta mengalir dalam sebuah tulisan.
Aku mencoret-coret note agenda harianku. Semua taman terlihat kotor oleh kertas-kertas lusuh yang aku lempar sesuka hati. Aku bingung harus menulis dari mana, tak ada ide bahkan imajinasi dibenakku.
“Dena...” teriak seseorang.
Aku menolehkan pandanganku dan ternyata sudah ada Arman yang menghampiriku.
“Ngapain disini?” tanya Arman
“Lagi cari ide” jawabku jutek
“Dikasih tema apa sama bos?” tanya Arman lagi
“Kepo banget sih lo” jawabku makin jutek
“Mau sampe kapan kamu giniin aku terus, Den.”
Aku menatap mata Arman dengan lekat, ada sejuta tanya yang tersimpan dimatanya atas sikapku padanya selama ini. Namun bisa apa aku, hatiku telah lama mati. Hanya ada duka tersimpan yang kini berselimut luka.
Sorry, gue duluan” aku buru-buru pergi
“Dena, tunggu dulu,” jegah Arman
“Apa lagi sih”
“Kita perlu bicara?” pinta Arman
“Udahlah lupain aja” jawabku santai
“Tapi Den,,,”
Aku pergi meninggalkan Arman sendiri.
“Den,,, Denaaa...”
Aku memang keras kepala dan egois, Arman begitu baik padaku. Hanya Arman yang dapat mengerti aku.
*****
“Den, gimana tulisan lo udah jadi?”
“Ah, gue nyerah aja Lis.”
“Lho, kenapa?”
“Gue nggak mampu nulis. Padahal udah research.”
“Tapi, saingan lo...”
“Siapa?” tanyaku heran
“Emm, Arman.”
Aku seakan tak percaya, Arman menjadi sainganku untuk jabatan manager directing. Sepertinya aku akan kalah karena aku memang tidak mampu menulis dengan tema cerita cinta.
“Udah yang penting tulis aja dulu.” Lisa menyemangatiku.
“Iya deh, gue coba.”
Aku duduk sembari menatap segelas chapucino hangat tersaji dimeja kantin. Aku mulai berfikir kenapa hatiku seakan beku, setelah Bram meninggalkanku demi wanita lain. Rasanya ini tidak adil, untuk orang yang tulus mencintaiku apa adanya seperti Arman. Aku terlalu menutup hati karena takut terluka lagi. Selama ini hanya Arman yang mengerti keluh kesahku, Arman yang menjadi tempat curahan hatiku. Arman telah menunjukkan pribadi yang baik sebagai seorang sahabat. Sedangkan aku, aku berubah sikap menjadi sinis hanya karena Arman mengakui perasaannya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perasaan Arman padaku, Arman punya hak untuk mencintai siapapun, termasuk aku.

Aku sudah siap dengan amplop putih ditanganku yang berisi surat pernyataan.
“Lo serius Den?” tanya Lisa ragu.
“Iya Lisa, gue siap.”
Tiba-tiba Arman menghampiri aku dan Lisa yang sedang berdiri didepan pintu ruang bos.
“Kalian ngapain disini?” tanya Arman.
“Bukan urusan lo.” jawabku cuek.
“Dena mau nyerahi surat pernyataan sama Pak bos.” ucap Lisa
“Surat apa?” tanya Arman heran
“Gue mau resign.” jawabku singkat
“Serius Den, kenapa? Apa karena kamu nggak mau saingan sama aku. Aku siap mundur demi kamu tapi, jangan pernah berfikir untuk resign.” jelas Arman
Arman seakan tak ingin aku jauh darinya. Aku memang sering mendapati Arman curi-curi pandang memperhatikanku dikantor. “Ah, berisik lo.” ucapku sembari pergi meninggalkan Arman dan Lisa. Aku kembali kemeja kerjaku. Aku memang tidak bisa menulis secara profesional. Aku menulis sesuai hatiku saja tapi, menulis adalah pekerjaanku. Aku wajib untuk menulis.
*****
Seminggu kemudian, ini adalah penentuan siapa yang akan layak ditempatkan pada posisi manager directing. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin menulis, walaupun mengalami beberapa hambatan. Aku mampu menyelesaikan tulisan dengan waktu yang tersisa dari deadline yang diberikan. Aku menulis semampuku meski tidak sebagus tulisan Arman, hingga menghantarkannya resmi menjadi manager directing.
Walaupun kini aku hanya patner menulis Arman, setidaknya aku bisa mengerti apa itu cinta. Cinta Arman memberikan inspirasi baru dalam menulis. Aku melihat perjuangan Arman mengejar cintaku, dan seperti itulah aku mencintai menulis. Ketika kita sudah memulai menulis, maka tuntaskanlah sampai akhir. Seperti itulah kecintaanku terhadap dunia menulis.
Arman menghampiriku yang saat ini berada di taman sekitar kantor. Arman sangat paham dimana tempat aku singgah disaat seperti ini. Kini Arman telah duduk disampingku. Aku segera menyapu buliran kecil dipipiku, efek dari hasil penetuan bos.
“Aku minta maaf Den.”
Aku tersenyum mendengar pernyataan Arman, ini sudah kesekian kalinya Arman memohon maaf.
“Selamat ya, Arman Septama.” aku mengulurkan tanganku, Arman seakan tak percaya melihat sikapku saat ini, lalu dengan segera Arman menyambut jemariku.
“Aku tahu, aku salah sama kamu Den. Aku...”
“Sssttt...” aku menyentuh bibirnya dengan ibu jariku, isyarat agar Arman tidak lagi menyalahkan dirinya.
“Cinta itu hak semua orang dan lo berhak punya perasaan itu. Kamu tidak perlu menyalahkan diri lo.”
“Den, ada baiknya kamu nggak perlu jadi patner kerjaku lagi.”
“Iya, gue udah fikiri itu Ar, mungkin lusa gue akan mengundurkan diri.”
“Kalau kamu nggak keberatan. Aku mau kamu jadi patner hidupku Den, menjadi seorang ibu untuk anak-anakku, menghabiskan waktu menua bersama. Selamaya...”
Aku menatap wajah Arman dengan sejuta rona bahagia. Moment ini adalah hal romantis yang pernah aku dapatkan dalam hidup. Arman tak hanya pandai menulis artikel tentang cinta tapi, Arman juga sangat pandai meluluhkan hatiku dengan sejuta kata cinta. Arman mulai meraih tanganku, lalu mengecup jemariku, kemudian berkata
Will you marry me, Dena Amalita?”
Aku semakin terpesona dibuatnya, ini adalah saat-saat yang pernah aku impikan. Aku yakin Arman tulus dan akan membuatku bahagia dimasa depan hingga akhir hayat.

Yes I will, Arman Septama.”

SELESAI

Thanks Thumbstory :*




Selasa, 17 Juni 2014

“Doa Penulis”



Memulaisesuatu dengan do'a memang terasa begitu indah. Suka bermain dengan imajinasi,seringnya berkhayal menambah lengkap lembaran warna pena yang terkemas cantik dalamsebuah tulisan kita. Menulis bukan sekedar hoby tapi perlahan menjadi kebiasaanyang membuat kita beranjak menjadi “imagination writing”. Ceritakuberawal ketika aku duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama dengan modal diarykecil, aku mulai belajar menggoyangkan jemari untuk sekedar menerangkan apayang sedang menggangu perasaanku dengan mengubahnya kedalam sebuah tulisan.
Sungguhindahnya menulis, menulis membuat kita paham akan sebuah karya sendiri dan jugasecara langsung dapat mengukur kemampuan yang dimiliki, tidak hanya itu saja.Ketika kita tidak kuasa berkata jujur secara lisan, kita dapat mengungkapkannyadalam bentuk tulisan cantik. Menulis memang tidak membutuhkan curahan tenagayang besar, cukup mengatur daya khayal sebagai kerangka kata kemudian menjelmamenjadi kalimat-kalimat bernilai sastra.
Butirankarya tercipta begitu saja, menumpuk dan tersusun rapi disudut meja belajarku.Tidak jarang kusempatkan membuka serta mengulang kembali tulisan itu dalamkagumku sendiri. Namun alangkah bahagianya jika tulisan kita terjamah olehpembaca yang gemar melirik bacaan.
Impianmenjadi penulis berakhlak mulia seakan jadi motivator khusus yang tidak pernahsurut. Bagiku sebuah tulisan adalah do'a karena pembacanya merupakan penghantardo'a tersebut. Makin banyak orang membaca karya kita, maka akan semakin banyakdo'a yang siap kita sambut nantinya. Sejauh ini saya niatkan dalam hati bahwamenulis merupakan bagian dari ibadah berharap sebutir karya yang terciptamenjadikan pintu senyum bagi pembacanya.

Senin, 05 Mei 2014

Sahabat Terbaikku





Sahabat terbaikku
Inilah hidup, kadang kita membuka
Suatu saat kita akan menutup
Sahabat terbaiiku…

Ribuan jalan yang telah dilalui
Berbagai rintangan telah dilewati
Penuh wewangian bunga dan bertabur duri
Penuh suka maupun duka…

Saat berpisah harus menyapa,
Ku tak ingin kau meneteskan air mata
Ku tak ingin kau berduka
Karena hati kita tetap bersama…

Namun, kita telah tahu
Kita tak selamanya dapat bersatu
Menempuh jalan yang bertabur debu
Bertabur dedaunan yang tak perna tersapu…

Semua bukanlah sekedar kenangan
Semua bukanlah sekedar renungan
Saat kita dalam kebersamaan
Dalam suka maupun pengorbanan…

                                By: Rovian Halim Saputra  

Jumat, 28 Maret 2014

Esok Kan Bahagia



Kesedihan hari ini
Bisa saja jadi bahagia esok hari
Walau kadang kenyataan
Tak selalu seperti apa yang diinginkan

Kan ku ikhlaskan segalanya
Keyakinkan ini membuatku bertahan
Hidup yang ku jalani, masalah yang ku hadapi
Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya

Walau kadang kenyataan
Tak selalu seperti apa yang diinginkan

Kan ku serahkan semuanya
Keyakinan pada-Nya menjadikanku tenang

Hidup yang ku jalani, masalah yang ku hadapi
Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya (pasti ada hikmahnya)
Ku kan terus berjuang, ku kan terus bermimpi
Tuk hidup yang lebih baik, tuk hidup yang lebih indah (lebih indah)

Harus yakin (harus yakin)
Pasti bisa (pasti bisa)

Hidup yang ku jalani, masalah yang ku hadapi
Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya (pasti ada hikmahnya)
Ku kan terus berjuang, ku kan terus bermimpi
Tuk hidup yang lebih baik, tuk hidup yang lebih indah (lebih indah)

Ku kan terus berjuang, ku kan terus bermimpi
Tuk hidup yang lebih baik, tuk hidup yang lebih indah
Tuk hidup yang lebih baik, tuk hidup yang lebih indah
(hidup yang lebih indah)

Kesedihan hari ini
Bisa saja jadi bahagia esok hari

Jar Of Heart







I know I can't take one more step towards you
Cause all thats waiting is regret
Don't you know I'm not your ghost anymore
You lost the love I loved the most

I learned to live, half alive
And now you want me one more time

Who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting a jar of hearts
Tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
Don't come back for me
Who do you think you are?

I hear you're asking all around
If I am anywhere to be found
But I have grown too strong
To ever fall back in your arms

Ive learned to live, half alive
And now you want me one more time

Who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting a jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
Don't come back for me
Who do you think you are?

It took so long just to feel alright
Remember how to put back the light in my eyes
I wish I had missed the first time that we kissed
Cause you broke all your promises
And now you're back
You don't get to get me back

Who do you think you are?
Running around leaving scars
Collecting a jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Dont come back at all
[x2]

Who do you think you are?
Who do you think you are?
Who do you think you are?