Senin, 12 Agustus 2013

Penjara Jiwa










"Haaaah... !"
Nay merebahkan tubuhnya yang terasa melemah setelah seharian beraktifitas. Bagaimana tidak ini adalah hari sabtu yang melelahkan bagi gadis manis yang baru lulus seleksi interview sebagai Wartawan 2 minggu yang lalu, setiap sabtu ia harus meliput berbagai event dan itu membuat hari-harinya dehidrasi karena selalu bergelut ditengah deraian sinar yang sangat menyilaukan mata.
"Jadikanlah kesempatan sebagai batu loncatan untuk sukses,"
Nay bergumam sendiri diruangan yang telah setia menemaninya sejak usia 5 tahun. 20 menit Nay mulai terpejam menuju ruang terindah untuk terlelap lalu dikejutkan oleh suara berisik yang berasal dari dalam tas ranselnya, Nay
segera mengambil handphone-nya. Secepat kilat ia menekan tanda berwarna hijau begitu ia melihat sebuah nama tertera di layar itu dan melirik LCD Handphone tertera sebuah nama yang ia kenal
"Halo... !!"
"
Nay, besok harus ngeliput lagi!"
"What... Kan libur ?"
"Iya, Job dadakan Nay"
"Dimana Don ?"
"Gue mesagge
lokasinya"
"Oke... !!"
"Tut... Tut... Tut..."
 Suara Doni bergulir menghilang dari telinganya. Doni yang merupakan rekan kerja serta mentornya ini sangat egois, suka seenaknya saja memerintah bawahannya namun apa mau dikata Nay merasa pantas mematuhi perintahnya sebagai bawahan saat ini
"Beep... Beep..."
Sender : Doni
              Lapangan Sentosa Jln Majapahit No 35
             On time pukul 7 pagi !! Jangan ngareeett...

Mesagge Doni memberi bayangan Nay untuk berfikir karena memerlukan waktu 1 jam menuju lokasi karena jarak tempuh yang lumayan jauh dari rumah dan Nay harus tiba tepat waktu esok hari.
                                                            *****

Tepat pukul 07.00 Wib Nay telah menepati tugasnya untuk datang pagi kelokasi dan hanya Nay disini Doni belum juga terlihat batang hidungnya sama sekali, lalu setelah 30 menit ada seseorang dengan jarak setengah meter menyapa
"Nay... !! Sorry macet banget"
"Ya iyalah macet, udah siang gini"
Nay menunjukkan wajah yang kesal pada Doni, lalu melanjutkan aktifitas mereka untuk meliput sebagai Wartawan surat kabar.
Lemah, letih, lelah, lesu, lunglai begitulah sindrom 5L menghampiri Nay setelah seharian mondar-mandir melegokan tubuh demi mengejar deadline. Nay mencoba menepi disebuah tanjakan tinggi yang lumayan sunyi dan duduk dibawah tanjakan itu memanjakan sejenak fikirannya dengan menatap senja disore hari. Diseling kenikmatan bersantai dari kejauhan Nay melihat seseorang yang berada diatas gedung, berdiri menutupi sinar senja membentuk sebuah potret kehidupan manusia sedang putus asa. Nay mulai menebak sosok itu akan terjun kebawah untuk mengakhiri hidupnya
"Oh... Tidak”
“Hei,,,, Jangan terjun bahaya !!”
Nay berteriak sekeras mungkin agar sosok itu tidak berbuat konyol, Nay harus berusaha untuk mencegahnya karena Nay tahu resiko apa yang akan ia dapatkan jika melihat tragedi mengenaskan itu karena mengingat profesi Nay sebagai wartawan saat ini. Nay beranjak berlari menghampiri sosok itu untuk naik dan menyusuri anak tangga yang tersusun digedung tua tak terjamah kehidupan itu hingga sampai diatas,  Nay melangkahkan kakinya mendekati sosok itu, terlihat perwatakan seorang pria dengan tinggi profosional dan memiliki penampilan yang cukup modern. Nay mencoba mengatur nafasnya yang kini telah berdiri tapat disamping pria itu kemudian perlahan memulai pembicaraan
"Hey lo… Udah cakep, tinggi, putih, keren, kurang apa lagi coba boy ?"

"Lo siapa ?"
Pria itu meruncingkan kelopak matanya penuh keheranan saat melihat orang asing berada disampingnya
"Lo nggak perlu tahu siapa gue!! Yang lo harus tahu masalah itu bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi boy"
"Tahu apa lo sama hidup gue"
"Iya... Gue emang nggak tahu masalah yang lo hadepin. Tapi sekarang lo jadi masalah buat gue? Lo itu udah ganggu penglihatan gue. Jadi nggak mungkin gue harus nonton lo terjun dari sini !"
"Heeh... Nggak penting banget lo ceramah didepan gue ?"
"Iya... Itu terserah lo! Gue kasi tahu ya, mati itu nggak enak loh... Bayangin deh kalo lo terjun apa yang bakal terjadi. Ada 2 pilihan hidup dan mati kalo mati, apa lo siap masuk neraka, lo juga siap ngeliat keluarga lo, temen-temen lo, bahkan pacar lo nangis diatas nisan lo. Dan kalaupun lo hidup kayaknya nggak mungkin banget lo baik-baik aja, pasti cidera ada yang patah entah kaki lo, tangan lo, iiihh... Tragis banget"
Pria itu terdiam seribu kata lalu mengarahkan kedua bola matanya melirik kebawah gedung dengan ketinggian sekitar 50 kaki. Nay menatap pria itu penuh ibah dan melanjutkan celotehannya yang sok bijaksana
"Yach... Terserah lo deh. Hidup itu pilihan kalo masih nekat ya,,, nggak pa pa resikonya ada ditangan lo? Selamat menumpuh hidup baru kalo ternyata kaki atau tangan lo patah dan kalo lo mati titip salam aja ya buat Tuhan"
Nay meninggalkan pria itu sendiri dan berjalan semakin jauh dari hadapannya berharap pria itu tidak punya nyali untuk tetap terjun kebawah.
                                                                        *****
Dengan mengendarai motor matic kesayangan Nay melaju untuk pulang kerumah, sempat terlintas dibenaknya bagaimana dengan nasip pria tadi. Ditengah perjalanan pulang Nay harus mampir dulu disupermarket lalu memarkirkan kendaraannya didepan toko dan disaat yang bersamaan Nay melihat 2 orang pria melintas dihadapannya bergandengan tangan didepan umum yang tanpa malu mengumbar kemesraan dan saling merangkul satu sama lain, satu dari pria itu merupakan orang yang sama digedung tua yang Nay temui entah siapa namanya berusaha mencoba untuk mengakhiri hidupnya
"Astaga... !!"
Nay spontan tercengang melihat sesuatu hal diluar pemikirannya, lelaki dengan tinggi profosional terlihat macho, keren, dan gadis mana yang tidak terpesona melihat wajah rupawannya namun dibalik itu semua ada sisi lain yang mengarah kesebuah penyimpangan. Ternyata inilah hidup penuh dengan rahasia Tuhan. Disetiap kesempurnaan seseorang mereka mempunyai kekurangan, apapun itu wujudnya.
SELESAI

Tidak ada komentar: